Dalam memilih pasangan
hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih
yang paling tepat sebagai pasangannya. Hal itu dikenal dalam Islam yang namanya
‘kufu' ( layak dan serasi ), dan seorang wali nikah berhak memilihkan jodoh
untuk putrinya seseorang yang sekufu, meski makna kufu paling umum dikalangan
para ulama adalah seagama.
Namun makna-makna yang
lain seperti kecocokan, juga merupakan makna yang tidak bisa dinafikan, dengan
demikian PROSES MEMILIH ITU TERJADI PADA PIHAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN.
Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan mempertimbangkan berbagai
sisinya, asalkan pada pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami,
merupakan keniscayaan hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia
karuniakan kepada setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri.
Aisyah Ra berkata, "Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka
hendaknya dia melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan"
Rasulullah pun
bersabda, "Barang siapa yang menjodohkan kehormatannya dengan orang yang
fasik maka dia telah memutus rahimnya" (HR Ibnu Hibban). Nabi juga pernah
memberikan pertimbangan kepada seorang sahabiyah yang datang kepadanya seraya
minta pertimbangan atas dua orang yang akan melamarnya, lalu Nabi menjawab,
"Adapun Muawiyah bin Abi sufyan dia sangat ringan tangan (alias gampang
memukul), adapun yang lainnya adalah orang yang fakir tidak memiliki harta yang
banyak." Lalu Nabi menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah.
Dan untuk memantapkan
pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat
istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara
berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA ITULAH
YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH DIIKUTI. Tetapi
perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri seseorang sering yang
lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena itu perlu dilakukan
berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu keputusan yang dominan adalah
selera semata atau dominasi istikharah agak sulit, kecuali dengan berkali-kali,
sekalipun salah satu tanda bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah
dimudahkannya urusan tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat
yang mutlak.
Dan untuk memantapkan
pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat
istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara
berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA ITULAH
YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH DIIKUTI. Tetapi
perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri seseorang sering yang
lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena itu perlu dilakukan
berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu keputusan yang dominan adalah
selera semata atau dominasi istikharah agak sulit, kecuali dengan berkali-kali,
sekalipun salah satu tanda bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah
dimudahkannya urusan tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat
yang mutlak.
Juga apabila persoalan
apakah diri kita jual mahal atau tidak tergantung pada niat dan
representasinya, karena itu Rasulullah menegaskan, "Sesungguhnya segala
pekerjaan membutuhkan niat dan pekerjaan seseorang sangat dipengaruhi oleh
niat. Barang siapa yang niatnya kepada Allah maka dia (dalam representasinya)
akan sesuai dengan Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang niatnya kepada
dunia atau wanita maka (representasinya) akan sesuai apa yang diniatkan"
(Muttafaq alaih).
Untuk menghindarkan
tuduhan itu maka buktikan dalam representasi kita sehari-hari, sebagai contoh
bahwa tuduhan itu akan benar jika memang salah satu kebiasaan kita adalah
chatting dengan teman-teman baru yang notabenenya lebih banyak para laki-laki
untuk seorang perempuan, dan sebaliknya, berbeda misalnya kalau teman yang kita
ajak chatting adalah para wanita atau dalam bahasa yang digunakan bersifat
umum, tidak ada yang rahasia sehingga tidak khawatir kalau harus dibaca orang.
Ini hanya sekelumit contoh yang barangkali kurang tepat untuk yang bingung
memilih pasangannya. Tapi ada hal yang cukup penting untuk diketahui bahwa
UNTUK MENGENAL SESEORANG TENTU TIDAK CUKUP DENGAN BERKOMUNIKASI SESAAT.
Pernah suatu hari
Sahabat Umar bin al-Khattab mendengar seseorang memuji orang lain hingga Umar
agak merasa keheranan lalu Umar bertanya, "Apakah kamu pernah bepergian
dengannya?" Jawab orang tadi, "Belum." "Apakah kamu pernah
bertransaksi dengannya?" Jawab orang tadi, "Belum." "Apakah
kamu pernah bertetangga dengannya?" Jawab orang tadi, "Belum."
"Apakah kamu pernah melihatnya dia melakukan shalat?" Jawab orang
tersebut, "Ya, aku melihat dia rajin shalat, menunaikannya sesuai dengan
waktunya." Lalu kata Umar, "Kalau begitu anda belum kenal dengan baik
orang tersebut." Tetapi untuk mengenali tiga poin pertama dari empat poin
tersebut bisa dilakukan dengan cara MENANYAKAN ORANG YANG PALING DEKAT
DENGANNYA, DAN YANG DAPAT DIPERCAYA.
Adapun bila kita
dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan memilih
yang terbaik baginya, meskipun PILIHAN TERBAIK BAGINYA TIDAK SELALU IDENTIK
DENGAN PILIHAN YANG TERBAIK BAGI UMUM, KARENA SESEORANG TENTU MEMILIKI
PERTIMBANGAN YANG SANGAT KHUSUS YANG TIDAK DIMILIKI ORANG LAIN.
Dari uraian diatas,
kebingungan untuk memilih pasangan hidup dapat diatasi dengan beberapa tips
berikut ini,
- 1. pilihlah karena agamanya,
- 2. kenali dengan cara menanyakan kepada orang yang paling dekat dengannya dan dapat kita percaya,
- 3. letakkan niat pada tempat yang benar, karena segala perbuatan membutuhkan dan sangat dipengaruhi niat,
- 4. sholat istikhorah untuk mohon petunjuk kepada Allah juga patut dilakukan,
- 5. apabila semua ini telah dilakukan, maka pasrahkan diri kepada Allah SWT akan keputusan-Nya, jangan keluh kesah, karena itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah,
- 6. dan terakhir, jangan bosan untuk berbekal ilmu pernikahan , karena berbekal ilmu adalah lebih baik daripada tidak membekali diri pada saat masuk ke dunia yang baru.
Masalah jodoh hanya
Allah yang tahu, siapa pasangan kita sebenarnya, itulah rahasia Allah. Kita
hanya diminta untuk berusaha, dan Allah-lah penentunya, terkadang Dia
menentukan pilihan-Nya itu diluar dugaan dan rasio kita sebagai seorang
manusia, tapi itulah ketentuan Allah. Jika memang harus menerima kenyataan di
luar kehendak kita, maka ingatlah untuk tidak sembarangan memberikan cinta
kepada siapapun, karena kadar cinta kita kepada Allah harus lebih tinggi dari
itu semua. Yang terbaik menurut Allah, itulah yang paling utama.
Selamat berjuang akhi,
selamat berjuang ukhti..., mulailah dengan bismillah dan niat yang benar, insya
Allah, ridho-Nya akan selalu menghampiri, dan semoga Allah selalu memudahkan
urusan antum.
0 komentar:
Posting Komentar