Produk
mempunyai fungsi, bentuk dan arti . Ketika konsumen membeli suatu produk mereka
berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan konsumen
terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun,
bukan hanya fungsi yang menentukan keberhasilan produk . Produk juga harus
memenuhi harapan tentang norma, misalnya
persyaratan nutrisi dalam makanan, crispy
(renyah) untuk makanan yang digoreng,
makanan harus panas untuk ‘steak hot plate’ atau dingin untuk ‘
agar-agar pencuci mulut’.Seringkali produk juga didukung dengan bentuk tertentu
untuk menekankan simbol fungsi seperti ‘ kristal biru’ pada detergen untuk
pakaian menjadi lebih putih. Produk juga memberi simbol makna dalam masyarakat
misal “ bayam” diasosiasikan dengan kekuatan
dalam film Popeye atau makanan juga dapat disimbolkan sebagai hubungan keluarga
yang erat sehingga resep turun temurun keluarga menjadi andalan dalam memasak,
misal iklan Sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat
untuk menjadi ikon dalam ibadat agama.
Budaya
merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan
spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus
belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. Anak
menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan teman-teman di
lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk
diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap
saji seperti Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam
terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk
mengolah makanan.
Kebudayaan
juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan,
misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang
yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi
pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya
berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan
untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok.
Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh
anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam
perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan
membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Nilai memberi arah pengembangan norma,
proses yang dijalani dalam mempelajari nilai dan norma disebut ”sosialisasi
atau enkulturasi”. Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu akan
bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya, bila masyarakat
cenderung sulit menerima hal-hal baru dalam masyarakat dengan mempertahankan
budaya lama disebut Accultiration.
Budaya pada gilirannya akan mempengaruhi
pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk, promosi
,distribusi dan penetapan harga. Untuk mengembangkan strategi yang efektif
pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami
bagaimana mereka mempengaruhi konsumen. Sebagaimana strategi dalam penciptaan
ragam produk , segmentasi pasar dan promosi yang dapat disesuaikan dengan
budaya masyarakat.
Beberapa perubahan pemasaran yag dapat
mempengaruhi kebudayaan, seperti :
1.Tekanan pada kualitas
2. Peranan wanita yang berubah
3. Perubahan kehidupan keluarga
4. Sikap yang berubah terhadap kerja dan
kesenangan
5. Waktu senggang yang meningkat
6. Pembelian secara impulsif
7. Hasrat akan kenyamanan
0 komentar:
Posting Komentar